Kamis, 29 Januari 2009

Sayyidina Sofyan Ats-Tsauri Ra

Beliau seorang Ulama besar, Sufi yang masyhur, seorang Mujtahid, faqih, Hafidz, yang warak dan zahid. Beliau lahir di Kuffah, Iraq pada tahun 97 H / 715 M dan wafat di Basrah, Iraq pada tahun 161 H / 778 M. Beliau juga dikenal dengan nama Abu Abdillah Ats-Tsauri. Ayahnya, Said bin Maruq, adalah Guru Imam Abu Hanifah, pendiri Mazhab Hanafi.

Sofyan Ats-Tsauri juga dikenal sebagai salah seorang perawi hadits yang dipercaya ( tsiqah ) oleh beberapa ulama hadits pada abad ke 2 dan ke 3 Hijriah, seperti Yahya bin Ma’in, Abu Hatim, Imam An-Nasai, Ali bin Abdullah bin Ja’far Al-Madini.

Beliau mulai belajar pada usia yang masih muda, dibawah bimbingan ibunya. Mula-mula beliau belajar pada ayahnya, lalu menuntut ilmu ilmu fiqih kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq, sedangkan dalam ilmu hadits beliau belajar kepada Ulama Tabiin terkenal seperti Amr bin Dinar, Salamah bin Kuhail, Abu Shakrah, dll.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, beliau berdagang. Beliau berusaha untuk tidak menerima pemberian orang, sekalipun dari teman sendiri, lebih-lebih dari para pejabat. Sebab, menurutnya, harta pejabat adalah harta Negara, yang tentu saja juga merupakan harta rakyat, dan pemberian itu merupakan Syubhat, meragukan, belum jelas. Sikap ini mestinya menjadi pegangan para penguasa agar amanah, bisa dipercaya, dalam membelanjakan harta Negara, jangan sampai harta rakyat itu dipergunakan untuk kepentingan segelintir elite pejabat.

Sikap teguh itu beliau pertahankan secara konsisten dan beliau tidak takut untuk mengemukakan pendapat bahkan juga kritik terhadap penguasa. Suatu hari, beliau mengkritik Khalifah Al-Manshur, Khalifah kedua dinasti Abasyiah. Tapi, gara-gara kritik itu beliau dikejar polisi kerajaan. Beliau pernah ditangkap oleh Muhammad bin Ibrahim, gubernur Mekah, tapi dibebaskan tanpa sepengetahuan kholifah.

Untuk membungkam sikap kritisnya, beliau pernah ditawari jabatan sebagai Gubernur oleh Kholifah Al-Mahdi. Surat pengangkatannya sudah disiapkan, hari pelantikan juga sudah ditetapkan. Beliau juga sudah menerima surat pengangkatan, tapi segera dibuangnya ke sungai Dajlah. Beliau memang tidak gila pangkat tapi hanya “gila” kebenaran.

Keahlian Sofyan Ats-Tsauri dalam bidang ilmu hadits dan fiqih membuatnya termasyhur, sehingga para sejarawan menyejajarkan kedudukannya dengan Ibnu Abbas ( tokoh di masa sahabat nabi ) dan Amir bin Syarahil Asy-Sya’bi ( tokoh di masa ulama tabi’in ). Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal menyebutnya sebagai Faqih ( pakar ilmu fiqih ) dan Muhaddits ( ahli hadits ).

Sebagaimana Imam Malik pendiri Mazhab Maliki dianggap sebagai tokoh Madinah dan Abdurrahman Al-‘Auzai sebagai tokoh Syam, Sofyan Ats-tsauri dicatat sebagai tokoh Kuffah. Kala itu para ilmuwan menilai pengetahuan fiqih Sofyan lebih mendalam ketimbang Imam Abu Hanifah, sementara penguasan atas hadits lebih banyak daripada Imam Malik.

Berkat kepakarannya itulah, beliau mendapat gelar Amirul Mukminin fil Hadits ( pemimpin Kaum Mukminin di bidang Hadits ) dari para ulama hadits pada abad ke 2 H, seperti Syu’bah, Sofyan bin Uyainah, Abu Asim, Yahya bin Ma’in. hadits yang diriwayatkan olen Sofyan Ats-Tsauri ada 30.000, sementara Yahya bin Ma’in menukil 20.000 hadits dari beliau.

Sofyan Ats – Tsauri sangat berhati-hati dalam berfatwa dan meriwayatkan hadits. Tak jarang seseorang menunggu fatwanya selama berhari-hari. Soalnya, jika ragu-ragu akan hafalan haditsnya, beliau akan kembali mempelajari catatan haditsnya. Beliau juga memeriksa catatan murud-muridnya.

Ada 29 murid yang mempunyai catatan hadits dari Sofyan Ats-Tsauri. Sebagian diantara mereka usianya lebih tua ketimbang beliau, seprti Ja’far bin Bargan, Khusaif bin Abdurrahman dan Ibnu Ishaq. Sebagian lagi sebaya dengan beliau, seperti Syu’bah, Abdurrahman Al-Auza’I, Imam Malik dan Zuhair.

Karya tulis Sofyan Ats-Tsauri dalam ilmu fiqih tak ada yang dubukukan; namun pemikiran fiqihnya dapat dijumpai dalamk kitab fiqih Mazhab Hanafi, Syafi’i dan lainnya.

Sekalipun lebih dikenal sebagai Ahli Hadits, beliau juga mengungguli rekan-rekannya dalam ilmu fiqih dan qiyas. Bahkan beliau juga terkenal dengan pandangan rasionalnya dalam hal berijtihad.

Ada pemikiran Sofyan Ats-Tsauri yang tercatat dalam kitab Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtasid yang sangat terkenal dan menjadi pegangan dalam ilmu fiqih hingga kini, yaitu air yang tergenang tanpa perubahan pada salah satu sifatnya ( rasa, bau dan warna ) hukumnya suci dan menyucikan. Dalam keadaan dingin, berwudhu dengan mengusap sepatu sebagai ganti membasuh kaki, adalah sah. Beliau juga berpendapat, tertib dalam berwudhu sebagaimana tertera dalam ayat Al-qur’an adalah sunah, bukan Wajib. Selain itu, beliau juga berpendapat, mengqadha puasa tidak wajib bagi mereka yang makan dan minum karena lupa dan dipaksa. Jika terdapat seorang faqih dan qari dalam sebuah jema’ah, yang berwenang menjadi imam ialah Qari. Zakat harta hamba sahaya adalah tanggungan tuannya.

Tapi dibelakang hari, Madzhab Ats-Tsauriyah ternyata tidak begitu dikenal. Sebabnya, barangkali karena kurang gigihnya para murid Ats-Tsauriyah dan mensosialisasikan. Namun yang jelas, kehidupan dan perjalanan ke ilmuan Ats-Tsauri dapat menjadi teladan.

(Dikutip dari Majalah Al-Kisah No.21/Tahun III / 10-23 Oktober 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar