Kamis, 29 Januari 2009

Imam Malik bin Annas Ra

Dilahirkan di kota Madinah dengan nama Malik bin Annas bin Amir bin Amr bin Harits pada tahun 93 H. Kakeknya yang bernama Abu Amir asal mulanya penduduk Yaman yang pindah ke Madinah dengan alasan ingin belajar agama langsung pada Rasulullah SAW. Dengan begitu, kakek Imam Malik termasuk salah seorang sahabat Rasulullah SAW yang setia dan turut mempertahankan dan menegakkan agama islam, sebagai perajurit yang gagah berani. Ibunya bernama ‘Aliyah binti Syuraik.menurut riwayat , Imam Malik dikandung oleh ibunya selama kurang lebih 24 bulan lamanya.

Dari kecil keistimewaan Imam Malik telah nampak, yaitu pada kecerdasan otaknya dan ketekunannya memprlajari Al-Qur’an, hingga Imam Malik telah hafal Al-Qur’an saat usianya masih kecil.

Setelah dewasa, Imam Malik juga amat rajin mempelajari ilmu fiqih dari para ulama ahli fiqih di kota Madinah. Diantara gurunya yang paling terkenal adalah Imam Abdurrahman bin Harmaz; Imam Raba’ah Ar-ra’ji dan Imam Nafi’ ( hadits ).karena begitu gemarnya Imam Malik dalam menuntut ilmu, hingga gurunya berjumlah setidaknya 700 orang. Disamping itu Imam Malik juga amay gemar bergaul dengan para sahabat dan tabi’in.

Kepribadian Imam Malik

Diriwayatkan bahwasanya postur tubuh Imam Malik tinggi besar, dengan kulit sawo matang. Rambutnya putih karena uban, serta membiarkan kumis dan jenggotnya memanjang, tetapi terawt rapi. Beliau suka sekali memakai baju buatan ‘Adan, Khurasan ( Persia ) atau buatan Mesir yang mahal dan bagus warnanya. Imam Malik juga amat suka memakai wewangian. Memakai baju yang bagus menurut Imam Malik bukan selalu bersifat mewah atau boros. Beliau tidak suka memakai baju yang kumal dan kotor, sebab hal itu dianggap suatu cela bagi Para Ulama. Menurutnya, para alim ulama seharusnya menghargai ilmunya dengan memakai pakaian yang baik dan pantas, sesuai dengan kedudukannya. Pada cincin Imam Malik terukir suatu ayat Al-Qur’an :”Hasbunallahu Wani’mal Waqil”.

Sedari kecil, Imam Malik telah dikenal mempunyai akhlaq yang baik, hingga setelah dikenal menjadi seorang Imam besarpun, beliau tetap mempunyai budi pekerti yang budiman. Suka menolong orang miskin, menengok orang sakit, mengantarkan jenazah dan selalu bertindak tegas dalam kebenaran.

Wataknya yang pendiam menjadi ciri khasnya. Tidak suka membual dalam pembicaraannya, apalagi membicarakan orang lain. Dalam hal ini beliau pernah berkata :

”Di Madinah ini ada orang-orang yang tidak mempunyai noda, tetapi lantaran mereka ini suka membicarakan orang, maka mereka ini sekarang jadi bernoda. Sebaliknya ada orang yang mempunyai noda, tetapi lantaran mereka tidak suka membicarakan orang, maka noda merekapun jadi tidak terlihat”.

Ketenaran Imam Malik

Ketenaran Imam Malik dan nasibnya yang akan menjadi orang besar dan terkenal telah diramalkan oleh Rasulullah SAW ketika beliau masih hidup. Menurut para Ulama Tabi’in, yang dimaksud oleh hadits-hadits dibawah ini adalah sosok Imam Malik:

“Kelak di kemudian hari akan terputuskan ilmu keagamaan, dimana tidak ada orang alim yang lebih alim kota Madinah”.

Dari segala penjuru dunia, orang berduyun-duyun untuk mendengarkan pengajian dari Imam besar, yaitu Imam Malik. Demikianlah Imam Malik bin Annas semakin lama semakin masyhur dan terkenal di seluruh Dunia Islam.

Kesaksian sebagian Ulama tentang Imam Malik

  • Imam Syafi’i

“Jika engkau mendengar suatu hadits dari Imam Malik, maka ambillah hadits itu dan percayalah!”

“Jika ada orang yang mengucapkan hadits, maka Imam Malik adalah bintangnya. Bagiku, tidak ada orang yang lebih kupercaya lebih daripada Imam Malik”.

  • Imam Muhammad bin Salamah

“Andaikan aku disuruh memilih seorang Imam bagi Umat Muhammad SAW sebagai guru tempat mereka belajar, tentu akan kupilih Imam Malik. Karena Imam Malik yang kupandang lebih tepat dan lebih ahli, demi kepentingan bersama.”

  • Imam Abdullah bin Mubarrak

“Saya tidak pernah melihat orang yang telah dianugerahi ilmu hadits Rasulullah SAW yang lebih hebat dallam pandanganku, kecuali Imam Malik bin Annas. Atau yang paling teguh mengagungkan hadits Rasulullah SAW, kecuali Imam Malik bin Annas. Atau yang paling teguh memegang agama, kecuali Imam Malik. Seandainya aku disuruh untuk memilih Imam bagi Umat Islam, niscaya aku akan memilih Imam Malik.

  • Imam Laits bin Sa’ad

“Ilmu Imam Malik itu adalah ilmu ketaqwaan yang dapat dipercaya!”

“Di muka bumi ini tidak ada orang yang lebih alim dari orang itu. Banyak orang yang datang dari segenap pelosok dengan mengendarai onta”

“Dari timur, dari barat dan dari mana-mana orang sama pergi mencari ilmu pengetahuan, tetapi mereka tidak bertemu dengan orang alim yang lebih alim daripada orang alim besar di kota Madinah”.

Benarlah apa yang dikatakan Rasulullah SAW. Sebab pada usianya yang masih muda; Imam Malik namanya telah begitu harum di manca Negara. Hal itu terbukti saat beliau memberikan pelajarannya ( saat itu usianya baru 17 tahun ) kepada murid-murudnya, di pintu masuk selalu saja orang berjejal-jejal ingin mengikuti kuliahnya. Mereka saling berebut ingin masuk duluan. Tetapi setelah semuanya menempati tempat duduknya, suasana tenang segera menyelimuti majlis taklim Imam Malik.

Tidak hanya rakyat biasa saja yang mendatangi majlis taklim Imam Malik, namun para baginda dan Sultanpun ikut dalam pengajian itu, sama duduk bersila dengan rakyatnya, mendengarkan ceramah Imam Malik dengan Khusyu’ dan Khikmat.

Imam Yahya bin Syu’bah menceritakan :”pada tahun 144 H saya datang ke Madinah. Ketika itu Imam Malik bin Annas masih muda, rambutnya masih hitam. Ketika beliau memulai ceramahnya, semua orang mendengarkan dengan khidmat, tidak seorangpun berbicara. Ketika itu, belum ada seorangpun yang berani memberi ceramah (fatwa) di Masjid Rasulullah SAW, kecuali Imam Malik. Aku duduk dihadapannya, menanyakan suatu masalah. Oleh Imam Malik dijawabnya. Aku minta penjelasan lebih lanjut, oleh Imam Malik diterangkannya juga. Karena seringnya aku bertanya, oleh kawan-kawanaku ditegur supaya diam, dan akupun diam.

Sosok Imam Malik sebagai Imam besar

Pada mulanya Imam Malik hidup dalam keadaan serba kekurangan, karena pada dasarnya Imam Malik bukanlah orang kaya. Tetapi sebagai muslim yang berbudi luhur, beliau tidak sekalipun mengeluh dengan keadaannya. Setelah beliau dikenal sebagai Imam besar kaum muslimin di Madinah, bertubi-tubi diterimanya hadiah dari mana-mana, terutama dari pembesar negeri. Sejak itulah bila dilihat dari dhahirnya, kehidupan Imam Malik berkecukupan. Namun sebagai Ulama yang tidak mabuk dunia, beliau tidak pernah menimbun-nimbun kekayaannya. Berapa saja uang yang dimilikinya selalu habis dibagikan untuk kepentingan umum, terutama untuk biaya para siswanya yang cerdas. Tercatat bahwa siswanya yang paling banyak mendapatkan bantuan financial dari Imam Malik adalah Muhammad bin Idris; yang lebih dikenal dengan gelar Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i menceritakan :

”Saya pernah melihat beberapa ekor kuda yang bagus-bagus dari negeri Khurasan ( Parsi ) dan beberapa bighal dari Mesir milik Imam Malik. Suatu hari di muka rumahnya, saya pun melihat seekor kuda yang paling bagus. Tak terasa dari mulutku keluar ucapan :

”Alangkah bagusnya kuda ini”.

Rupanya ucapanku didengar oleh Imam Malik. Beliau lalu menghampiriku, sambil berkata :”kuda inilah yang akan kuberikan padamu wahai Abu Abdillah”.

Aku menjawab :

“ jangan tuan Guru, biarlah kuda ini untuk kendaraan tuan Guru saja!”.

Kata Imam Malik :

”Tidak! Demi Allah saya merasa malu kepada Allah untuk menginjak tanah ini dengan kuda, dimana ada terkubur jasad Rasulullah!”.

Lalu kuda tersebut diberikannya padaku”

Imam Malik lebih banyak berpegang pada hadits, karena masyarakat di Hijaz ( Arab Saudi ) pada masa itu telah penuh dengan orang-orang yang terpelajar dan para Ulama yang juga mempelajari hadits dari para sahabat Nabi SAW.Kitab-kitab Imam Malik merupakan hokum-hukum islam pertama, yang selanjutnya menjadi bagi Mazhab Maliki. Mazhab Maliki diperkenalkan di Spanyol selama pemerintahan Hakam I ( 180 -206 H ). Putra mahkota Umayyah di Spanyol menyambut ajaran mazhab Maliki, sebab menurut mereka ajaran Imam Malik ini membebaskan negaranya dari pengaruh moral dari Khalifah Bani abbasiyah ( 132-232 H ).

Ajaran Imam Malik berbeda dengan ajaran rasional yang diajarkan dan disebarluaskan oleh Imam Abu Hanifah ( mazhab Hanafi ). Mazhab Maliki ini lebih cenderung kepada kepentingan para pengikut Sayyidina Ali ra yang menginginkan ke Khalifahan.

Penghargaan terhadap Hadits-hadits Rasulullah SAW.

Muthrif berkata :

Biasanya Imam Malik, jika datang tamu-tamu, lebih dahulu diterima oleh pembantunya yang menanyakan maksud kedatangan mereka. Jika mereka hendak menanyakan masalah-masalah, ditemuinya mereka sebagaimana biasanya. Tetapi jika tamu datang menanyakan suatu hadits, maka Imam Malik terlebih dahulu pergi ke kamar mandi untuk mandi dan berwudhu, lalu mengenakan baju dan sorban yang paling bagus plus minyak wangi, setelah itu dating menemui tamunya, dan duduk di tempat duduk yang telah disediakan dengan tenang dan khusyu’. Setelah itu dibacakan / diuraikan hadits-hadits Nabi SAW, diiringi semerbak wangi kayu gaharu yang mengepul-ngepul asapnya, yang sengaja di bakar untuk keperluan itu.

Begitulah cara Imam Malik dalam menghargai dan menghormati hadits Rasulullah. Sebab hadits Rasulullah dipandang sebagai sesuatu yang agung dan suci, yang akan membawa manusia ke derajat yang tinggi bila diamalkan. Sebagaimana derajat yang telah dicapainya, yakni menjadi Imam besar.

Pergaulannya dengan Khalifah Harun Ar-Rasyid

Setiap khalifah berkunjung ke Madinah, ia tidak lupa mengunjungi rumah Imam Malik. Begitu pula dalam kunjungannya kali itu. Ia menjumpai Imam Malik dan bertanya kepadanya :

“Adakah Tuan guru mempunyai rumah?”.

“Tidak!”, jawab Imam Malik.

“Nah, ini uang 3000 dirham, pergunakanlah untuk membeli tempat tinggal Tuan guru”

Uang tersebut diterimanya, tetapi tidak dibelikan rumah seperti yang dianjurkan Khalifah, tetapi beliau simpan saja. Ketika Khalifah hendak pulang, ia menjumpai Imam Malik lagi dengan maksud hendak mengajaknya bersama-sama tinggal di istana. Khalifah berkata :

:”Saya hendak berpamitan. Dan sebaiknya Tuan Guru ikut bersama-sama saya untuk tinggal bersama. Sebab saya bermaksud untuk mengerahkan perhatian masyarakat kepada kitab Al-Muwatha, sebagaimana Khlifah Usman bin Affan telah mengarahkan perhatian masyarakat kepada kitab Al-Qur’an”.

Imam Malik menjawab :

”Adapun untuk mengarahkan perhatian masyarakat kepada kitab Al-Muwatha itu tidak mungkin, sebab para sahabat sudah tersebar ke berbagai negeri dan tiap-tiap negeri masing-masing mengembangkan ilmu haditsnya. Dalam hal ini Rasulullah pernah berkata :

”pertikaian antara umatku itu pertanda suatu rahmat”.

Demikian pula mengenai ajakan tuanku untuk pindah, itupun tidak mungkin, sebab Rasulullah bersabda :

“Kota Madinah lebih baik untuk tempat tinggal mereka, demikian kalau mereka tahu.

Dan inilah uang yang tuanku hadiahkan masih utuh. Jika tuanku mau ambil, ambillah kembali dan jika tidak, biarlah!”.

Wafatnya Imam Malik

Demikianlah beliau terus berkiprah sebagai seorang Muhaditsin, ahli fiqih dan guru besar. Kesibukannya dalam bidang ini tidak pernah berhenti, sampai usianya menginjak 90 tahun. Maka pada usia yang ke 90 itu, beliau meninggal dunia. Tepatnya pada tanggal 10 Rabi’ul awal tahun 179 H / 795 M. imam Malik dimakamkan di pekuburan Baqi’,Madinah; dimana keluarga Rasulullah dimakamkan disitu.

Meninggalnya Imam Malik membuat seluruh penjuru negeri Islam, terutama Iraq dan Madinah berkabung. Mereka telah kehilangan seorang tokoh besar pemimpin umat. Namun jasanya dalam mengembangkan ilmu hadits, terutama ilmu fiqih tidak bisa dilupakan.

Murid-murid Imam Malik

Para murid-murid Imam Malik yang berjasa turut menyebarkan luaskan Mazhabnya, antara lain :

  1. Abdullah bin Hakam berasal dari Mesir.
  2. Asad bin Al-Furrat, berasal dari Qayrawan, Ifriqiya ( Tunisia )
  3. Yahya bin Yahya Al-Layithi, yang berasal dari Spanyol. Dialah yang dianggap paling berjasa dalam penyebaran Mazhab Malik.

Daerah penyebaran Mazhab Maliki.

Pada mulanya Mazhab Maliki ini memang hanya berpengaruh di Madinah saja sebagai tempat tumbuhnya. Namun lama kelamaan daerah pengaruhnya hingga meliputi seluruh tanah Hijaz, bahkan kenudian berkembang ke Iraq, Mesir, Afrika, Andalusia, Maroko, Algeria, Tunisia, Libya, Sudan, Palestina bahkan sampai daerah Spanyol.

Hasil karya Imam Maliki.

Kitab Al-Muwatha :

berisi antara lain hadts-hadits Nabi Saw, riwayat dan atsar-atsar para sahabat serta tabi’in.

( Dikutip dari buku “Perjalanan Spiritual 4 Imam Mazhab )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar